Minggu, 03 Desember 2017

Overdosis Kafein? Kok bisa?

Rasanya sesak napas, mual, pusing, jantung berdebar kencang kayak mau mati.



“Coffee is always a good idea.”

“Life begin after coffee”

Dan quote-quote coffee lainnya, pasti kalian lebih tahu banyak daripada aku. Sebenarnya aku suka coffee. Suka aja, nggak cinta mati. Cinta matiku sama cokelat hahaha. Dari kecil nggak terlalu suka sama kopi karena pahit, dan terus berlanjut sampai kuliah dan jadi first jobber. Walaupun nggak terlalu suka kopi, tapi aku pernah jadi coffee-addict di suatu masa. Ya! Tiap hari bisa minum kopi.

Aku mulai mengkonsumsi kopi lebih sering berkat jalan-jalan ke Klinik Kopi Jogja di akhir tahun 2014. Waktu itu, Klinik Kopi masih minjem tempat di Hutan Sanata Dharma Gejayan dan masih sepi karena belum ada AADC2 (such an hipster right?). Ke Klinik Kopi juga Cuma ngikut temen yang bilang, “nggak akan bilang nggak suka Kopi kalau udah ke Klinik Kopi. Nanti kamu bakalan ‘diobatin’ di sana.” Rasa takut dan was-was menghantuiku (ceilah), karena aku punya maag, kalau minum kopi pasti kambuh. Atau minimal nggak bisa tidur dan ngebayangin yang aneh-aneh. Entah, aku emang terlalu sensitive gitu sama Kopi.

Tapi kekhawatiranku berubah sama sekali setelah nyobain kopi tanpa gulanya Klinik Kopi, yang harganya sepuluh ribu doang waktu itu. Lambung nggak bermasalah, pulang-pulang langsung bisa tidur. Jumawa pun melanda, jebul ki aku isoh ngopi! Setelah dari Klinik Kopi, akupun jadi makin berani nyoba ngopi sana ngopi sini. Apalagi setelah ada demam Filkop yang bikin café menjamur di mana-mana. Makin rajin deh ngopi! Tiap kerja di luar, pesennya kopi. Bahkan sempat setiap hari minum kopi karena jadi seneng banget.

KERANJINGAN KOPI

Walaupun aku minum kopi dengan frekuensi yang sering, tapi rata-rata aku minum Café Latte, yang bukan pure coffee. Entah itu Latte, capucino atau mochacino. Suatu hari, pas lagi kumpul-kumpul di Ngopi Serius Solo sama temen, aku kepengen nyobain kopi yang lain. Pesenlah aku robusta yang Vietnam drip. Waktu itu aku pede-pede aja pesen kopi item, karena waktu di Klinik Kopi, aku minum kopi item nggak papa. Sehat bugar, malah seger. Setelah menghabiskan kopi dan obrolan, aku mulai merasa aneh. Dan di sinilah petaka itu muncul.

Setelah beberapa saat menghabiskan kopi item Vietnam drip itu, jantungku mulai deg-degan nggak karuan. Sambil pamit pulang, aku ambil motor sambil ngeliatin tanganku yang mulai gemetaran. Waktu itu aku nggak sadar sama sekali kalau aku gemetaran gara-gara kopi. Cepat-cepatlah aku pulang, buat istirahat di rumah. Sesampainya di rumah, setelah duduk dan istirahat sebentar, bukannya sembuh malah makin menjadi. Debaran jantungnya bertambah keras dan aku mulai mual-mual. Aku mencoba tidur, tapi nggak bisa tidur sama sekali. Lalu, aku mengingat-ingat tadi habis makan apa, siapa tahu aku keracunan makanan. Makananku nggak ada yang nggak biasa, malah makan di rumah. Yang paling aneh adalah kopi, jadi langsung saja aku cari di google soal “keracunan kopi”. Usut punya usut, aku bukan keracunan kopi tapi overdosis kafein.



OVERDOSIS KAFEIN
Overdosis kafein terjadi ketika tubuh tidak mampu mencerna kafein dalam jumlah banyak. Sebenarnya ini bukan kondisi yang bahaya dan gejala akan hilang dengan sendirinya ketika kafein telah tercerna secara sempurna oleh tubuh. Batas normal konsumsi kafein per hari adalah 400mg, atau setara dengan 4 cangkir kopi. Namun, beberapa orang mungkin lebih sensitive terhadap kafein sehingga batas konsumsi kafein mereka hanya separuh dari batasan normal. Sedangkan lama peredaran kafein di dalam darah biasanya adalah 1.5 jam sampai dengan 9.5 jam.

Gejala overdosis kafein antara lain :

1. Gemetaran. Tubuh akan terasa lemas dan gemetaran. Rasanya seperti kamu habis lari marathon terus istirahat, kakimu lemas dan gemetaran.

2. Jantung berdebar-debar dan durasinya lama. Pernah lari sprint kan? Setelah berhenti, pasti jantung akan berdebar-debar, namun akan hilang kalau udah istirahat sebentar. Nah ini debarannya itu konstan dan berlangsung berjam-jam. Dalam kasusku, debaran jantungnya parah dan rasanya kayak mau mati. Seakan-akan jantungnya akan berhenti tiba-tiba. Serius!

3. Dada terasa sesak. Ini adalah gejala lanjutan dari jantung yang berdebar di atas. Karena debaran jantung terus menerus, dada rasanya akan sesak. Mungkin akan terjadi kesulitan bernapas, padahal sebenarnya tidak. Saat overdosis kafein, aku bernapas melalui mulut karena dadaku rasanya sesak.

4. Mual & muntah. Rasanya mual banget dan sangat-sangat nggak enak. Bayangin aja, jantung deg-degan, sesak napas dan mual-mual sampai muntah. Alhasil badan pun lemas dan pengen tidur.

5. Insomnia. Ngantuk sih, TAPI NGGAK BISA TIDUR CUY! Thanks to caffeine, bikin melek dan terjaga sepanjang hari dan malam. Rasanya pengen istirahat karena lelah tapi nggak bisa istirahat.

6. Gelisah. Karena nggak bisa tidur, akhirnya gelisah dan mikir yang enggak-enggak. Saat itu aku secara berkala ngecek jantungku, karena takut tiba-tiba berhenti. Padahal ya kalau berhenti kan ga bisa mikir lagi karena udah wasalam -_-“

7. Migrain dan sakit kepala. PARAH. Parah banget sakit kepalanya. Duh…

Dan dalam kasusku, itu terjadi selama 24 jam! Padahal lama peredaran kafein di dalam darah itu maksimal sekitar 9.5 jam, sedangkan aku masih merasakan gejala itu hampir 24 jam. Saat itu aku nggak berani minum obat apapun, takut tambah parah. Setelah 24 jam, aku langsung minta tolong untuk diantar ke dokter. Dan perjalanan ke dokter itu sangat menyiksa karena gejala-gejala di atas belum menunjukkan adanya penurunan. Setelah susah payah menjelaskan apa yang aku rasakan, dokter memeriksa denyut nadi dan detak jantung. Dan ya, aku memang overdosis kafein. Setelah diberi obat, dalam waktu 6 jam aku baru membaik. Itupun masih bersisa lemes-lemesnya.

EFEK LANJUTAN DARI OVERDOSIS CAFEIN

Mungkin ini efek psikologis atau memang ada kaitannya, tapi setelah kejadian itu aku jadi super sensitive dengan kopi atau hal-hal yang tinggi kafein. Setelah overdosis kafein, aku benar-benar vakum minum kopi. Bahkan mencium baunya aja udah mual. Kira-kira setelah dua bulan aku baru berani minum kopi di Lantai Bumi Jogja dan itupun Hazelnut Latte. And you know what, baru setengah gelas, badanku udah gemetaran lagi dan aku harus menghentikan minum Hazelnut Latte itu. Segitunyaaaaaa….

Jadi memang sih, sebagian orang (termasuk aku) memang lebih sensitive dengan kafein. I know caffeine works better for most of my friends, bikin mereka lebih kreatif, lebih bisa kerja dan lebih bersemangat. Tapi buat yang sensitive sama kafein, zat itu bisa bikin :

1. Overdosis kafein, seperti yang aku ceritakan dengan gejala-gejala di atas.

2. Lambungnya sakit. Kalau punya penyakit lambung, jangan banyak-banyak deh minum kopi karena akan membuat sakit lambungmu tambah parah.

3. Menstrual cramps. Kafein memperparah sakit atau kram ketika haid. Aku sudah membuktikannya sendiri dengan minum kopi sehari sebelum dapet. Hasilnya : TEPAR NGGAK BISA BERDIRI PAS HARI PERTAMA!

4. Stressed out the body and messed up with blood sugar level, ngaruh ke kulit muka yang jadi gampang jerawatan.

5. Lead to hormonal imbalance that worsen acne. Nah, mungkin inilah yang terjadi di aku. Sebelum aku kena overdosis kafein, wajahku masih baik-baik saja. Setelah itu? Break out kemana-mana karena hormone ku sangat nggak stabil.

JADI NON-COFFEE DRINKER

Nah karena pengalaman mengerikan pernah overdosis kafein itu, aku benar-benar menghindari yang namanya KOPI! Apalagi kopi item yang kadar kafeinnya tinggi. Dan aku nggak pernah lagi pesan kopi di Ngopi Serius karena maybe, cara mereka menyajikan kopi nggak cocok di aku. Entahlah, katanya kopi itu cocok-cocokkan (kalau ada yang bisa kasih penjelasan, tinggalin komen di bawah ya!). Aku jadi pemilih banget soal tempat ngopi, yang pasti udah pernah aku coba dan nggak bikin overdosis kafein. Segitunya? Iya! Karena beberapa tempat ngopi, walaupun cuma minum lattenya, aku tetep ngerasain gejala overdosis. Kalau ada menu non-coffee, aku bakalan girang banget. Tapi kalau nggak ada non-coffee, aku pilih menu yang paling sedikit mengandung kafein. Paling soft-lah kafeinnya. Coklatpun, kalau kadar kafeinnya sedikit lebih tinggi, aku akan merasa mual (padahal cuma minum satu sloki kecil). So yeah, aku benar-benar kudu cari alternatif minuman tanpa atau mengandung sangat sedikit kafein. Jadi, aku lebih sering pesan coklat (with minimum caffeine) atau teh! Bahkan aku makin keranjingan minum green tea karena ternyata bagus juga buat kulit.

Gitu deh ya, sharing pengalaman nggak enak pernah overdosis kafein. Semoga bermanfaat dan mungkin menginspirasi kalian buat lebih hati-hati kalau minum kopi terutama kalau kalian sensitive sama kafein. Ada yang sensitive cafein juga kayak aku? Komen dong, biar bisa kuajakin tos! Hahaha.

Thanks sudah mampir!

14 komentar:

  1. Kalau aku nggak suka kopi mba. Di coffe shop aja pesennya jus, wkwkwk. Aku sharing ke suamiku nih. Dia kalu minum kopi suka nggak inget takaran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jus lebih sehat bunda etyyy (asal gulanya nggak kebanyakan hihi). Wah bisa toss nih kitaa. Silahkan bunnn, kalau orangnya kuat minum kopi gapapa sih, tapikan segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baikk hihi. Makasih udah mampir bunda ety tersayaaang :*

      Hapus
  2. Kalo lemburan biasanya minum kopi. Paling ahoy ya tahun kemarin di Ngopi Serius. Sebelum lemburan mampir dulu. Sampe kosan ngebut ngerjain laporan. Walhasil, ngopi jam 10 efektif sampai jam 9 pagi melek terus. Hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau mas e kopi tahan ya, deadline banyak tahan nggak mas ee???

      Hapus
  3. Dulu penggemar berat kopi, sahabatan banget sama papa karena aku bisa diajakin ngopi bareng hehe. Makin banyak konsum kopi waktu mau ujian, bisa kayak 'minuman pokok' 3x sehari. Awalnya kayak orang lain, biasa aja, minum kopi kayak gitu gak ada masalah, tapi setelah ujian aku bener-bener vakum minum kopi karena ga perlu begadang di waktu liburan. Setelah liburan (sekitar 2 bulanan) aku nyoba ngopi lagi tapi kok malah ga kuat, aku ngalamin semua tanda yang ditulis mbak bella tadi dan sekarang jadi milih milih banget kalo minum kopi, dan yang terpenting harus makan sebelum ngopi karena maagku juga bakal kambuh kalau gak 'dialasin' dulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tadinya kuat ngopi, tp krn jarang2 malah jd ga kuat ya? Mungkin dosisnya kudu dinaikin pelan2 biar nggak kaget hehe :D

      Hapus
  4. Aku gabisa menikmati kopi. Apa aja diminum :D. Tapi ngeri juga Mbak kalo minum kopi sampe overdosis

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena nggak doyankah?

      Iya ngeri.. sampai sekarang aja , cuma berani minum satu sloki kopi aja. udah cenat cenut kepalanya

      Hapus
  5. Segala sesuatu yang berlebihan memang tidak baik..

    BalasHapus
  6. Aku bukan penyuka kopi.
    Tapi aku penikmati coklat hangat.

    BalasHapus
  7. Wah ka, saya termasuk donk dalam kategori point 1, 5 dan 6.
    Terkadang gemetaran mpe terasa lemas gitu ya akhirnya mending dibawa tidur, kalau malam malah gbsa tidur dan ditemani kopi terus terusan.
    Hmmmmm, gini to salah satu gejalanya....
    Terima kasih ka BELLAWATI DITYASARI artikelnya bermanfaat...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama kak... Kalau sudah muncul gejala-gejala di atas, segera dikurangi dan rehat dulu aja dari konsumsi kopi. Memang kan yang berlebihan tidak baik... Kesehatan lebih penting ;)

      Thanks sudah mampir

      Hapus

About

authorHi There! Thanks for visiting my blog. You can call me bella.
Learn More →